BAB HAWALAH (PERALIHAN HUTANG)
BAB HAWALAH (PERALIHAN HUTANG)
(Fasal) menjelaskan hawalah. Lafadz “al hawalah” dengan terbaca fathah huruf ha’nya. Dan ada yang menghikayahkan pembacaan kasrah pada huruf ha’nya.
( ﻓَﺼْﻞٌ ) ﻓِﻲْ ﺍﻟْﺤَﻮَﺍﻟَﺔِ ﺑِﻔَﺘْﺢِ ﺍﻟْﺤَﺎﺀِ ﻭَﺣُﻜِﻲَ ﻛَﺴْﺮُﻫَﺎ
Hawalah secara bahasa adalah pindah. Dan secara syara’ adalah memindah hak dari tanggungan muhil (yang memindah hutang) kepada tanggungan muhal ‘alaih (yang menerima tanggungan peralihan hutang).
ﻭَﻫِﻲَ ﻟُﻐَﺔً ﺍﻟﺘَّﺤَﻮُّﻝُ ﺃَﻱِ ﺍﻟْﺎِﻧْﺘِﻘَﺎﻝُ ﻭَﺷَﺮْﻋًﺎ ﻧَﻘْﻞُ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﻣِﻦْ ﺫِﻣَّﺔِ ﺍﻟْﻤُﺤِﻴْﻞِ ﺇِﻟَﻰ ﺫِﻣَّﺔِ ﺍﻟْﻤُﺤَﺎﻝِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
Syarat-Syarat Hawalah
Syarat akad hawalah ada empat.
( ﻭَﺷَﺮَﺍﺋِﻂُ ﺍﻟْﺤَﻮَﺍﻟَﺔِ ﺃَﺭْﺑَﻌَﺔٌ )
Yang pertama adalah kerelaan muhil. Muhil adalah orang yang mempunyai tanggungan hutang.
ﺃَﺣَﺪُﻫَﺎ ( ﺭِﺿَﺎﺀُ
ﺍﻟْﻤُﺤِﻴْﻞِ ) ﻭَﻫُﻮَ ﻣَﻦْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺪَّﻳْﻦُ
Bukan muhal ‘alaih , karena sesungguhnya tidak disyaratkan ada kerelaan darinya menurut pendapat al ashah.
ﻟَﺎ ﺍﻟْﻤُﺤَﺎﻝِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻟَﺎ ﻳُﺸْﺘَﺮَﻁُ ﺭِﺿَﺎﻩُ ﻓِﻲْ ﺍﻟْﺄَﺻَﺢِّ
Hawalah tidak sah pada orang yang tidak memiliki hutang.
ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺼِﺢُّ ﺍﻟْﺤَﻮَﺍﻟَﺔُ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻦْ ﻟَﺎﺩَﻳْﻦَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
Yang kedua adalah penerimaan dari pihak muhtal. Muhtal adalah orang yang mempunyai hak berupa hutang yang menjadi tanggungan
muhil .
( ﻭَ ) ﺍﻟﺜَّﺎﻧِﻲْ ( ﻗَﺒُﻮْﻝُ ﺍﻟْﻤُﺤْﺘَﺎﻝِ ) ﻭَﻫُﻮَ ﻣُﺴْﺘَﺤِﻖُّ ﺍﻟﺪَّﻳْﻦِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤُﺤِﻴْﻞِ
Yang ke tiga, keberadaan hutang yang dialihkan sudah berstatus menetap pada tanggungan.
( ﻭَ ) ﺍﻟﺜَّﺎﻟِﺚُ ( ﻛَﻮْﻥُ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ) ﺍﻟْﻤُﺤَﺎﻝِ ﺑِﻪِ ( ﻣُﺴْﺘَﻘِﺮًﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟﺬِّﻣَّﺔِ )
Memberi qayyid “telah menetap” sesuai dengan apa yang disampaikan oleh imam ar Rafi’i.
ﻭَﺍﻟﺘَّﻘْﻴِﻴْﺪُ ﺑِﺎﻟْﺎِﺳْﺘِﻘْﺮَﺍﺭِ ﻣُﻮَﺍﻓِﻖٌ ﻟِﻤَﺎ ﻗَﺎﻟَﻪُ ﺍﻟﺮَّﺍﻓِﻌِﻲِّ
Akan tetapi imam an Nawawi menentang pendapat tersebut di dalam kitab ar Raudlah.
ﻟَﻜِﻦِ ﺍﻟﻨَّﻮَﻭِﻱُّ ﺍﺳْﺘَﺪْﺭَﻙَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻓِﻲ ﺍﻟﺮَّﻭْﺿَﺔِ
Kalau demikian, maka yang dipertimbangkan di dalam hutang akad hawalah adalah harus sudah lazim (menetap) atau hendak lazim.
ﻭَﺣِﻴْﻨَﺌِﺬٍ ﻓَﺎﻟْﻤُﻌْﺘَﺒَﺮُ ﻓِﻲْ ﺩَﻳْﻦِ ﺍﻟْﺤَﻮَﺍﻟَﺔِ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﻟَﺎﺯِﻣًﺎ ﺃَﻭْ ﻳَﺆُﻭْﻝَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠُّﺰُﻭْﻡِ
Yang ke empat adalah cocoknya hutang yang berada pada tanggungan muhil dan muhal ‘alaih di dalam jenis, ukuran, macam, kontan, tempo, utuh dan pecahnya.
( ﻭَ ) ﺍﻟﺮَّﺍﺑِﻊُ ( ﺍﺗِّﻔَﺎﻕُ ﻣَﺎ ) ﺃَﻱِ ﺍﻟﺪَّﻳْﻦِ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ( ﻓِﻲْ ﺫِﻣَّﺔِ ﺍﻟْﻤُﺤِﻴْﻞِ ﻭَﺍﻟْﻤُﺤَﺎﻝِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠِﻨْﺲِ ) ﻭَﺍﻟْﻘَﺪْﺭِ ( ﻭَﺍﻟﻨَّﻮْﻉِ ﻭَﺍﻟْﺤُﻠُﻮْﻝِ ﻭَﺍﻟﺘَّﺄْﺟِﻴْﻞِ ) ﻭَﺍﻟﺼِّﺤَّﺔِ ﻭَﺍﻟﺘَّﻜْﺴِﻴْﺮِ
Konsekwensi Hawalah
Dengan akad hiwalah,
muhil sudah bebas dari tanggungan hutang kepada
muhtal .
( ﻭَﺗَﺒْﺮَﺃُ ﺑِﻬَﺎ ) ﺃَﻱِ ﺍﻟْﺤَﻮَﺍﻟَﺔِ ( ﺫِﻣَّﺔُ ﺍﻟْﻤُﺤِﻴْﻞِ ) ﺃَﻱْ ﻋَﻦْ ﺩَﻳْﻦِ ﺍﻟْﻤُﺤْﺘَﺎﻝِ
Muhal ‘alaih juga bebas dari tanggugan hutang kepada muhil .
ﻭَﻳَﺒْﺮَﺃُ ﺃَﻳْﻀًﺎ ﺍﻟْﻤُﺤَﺎﻝُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻣِﻦْ ﺩَﻳْﻦِ ﺍﻟْﻤُﺤِﻴْﻞِ
Hak milik muhtal berpindah menjadi tanggungan muhal ‘alaih.
ﻭَﻳَﺘَﺤَﻮَّﻝُ ﺣَﻖُّ ﺍﻟْﻤُﺤْﺘَﺎﻝِ ﺇِﻟَﻰ ﺫِﻣَّﺔِ ﺍﻟْﻤُﺤَﺎﻝِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
Sehingga, seandainya sulit mengambilnya dari muhal ‘alaih sebab bangkrut, memungkiri hutang dan sesamanya, maka
muhtal tidak boleh menagih kepada
muhil .
ﺣَﺘَّﻰ ﻟَﻮْ ﺗَﻌَﺬَّﺭَ ﺃَﺧْﺬُﻩُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﺤَﺎﻝِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﻔَﻠْﺲٍ ﺃَﻭْ ﺟَﺤْﺪٍ ﻟِﻠﺪَّﻳْﻦِ ﻭَﻧَﺤْﻮِﻫِﻤَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﺮْﺟِﻊْ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤُﺤِﻴْﻞِ
Seandainya muhal ‘alaih dalam keadaan bangkrut saat terjadi akad hawalah dan
muhtal tidak mengetahuinya, maka dia juga tidak diperkenankan menagih kepada
muhil .
ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟْﻤُﺤَﺎﻝُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻣُﻔْﻠِﺴًﺎ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟْﺤَﻮَﺍﻟَﺔِ ﻭَﺟَﻬِﻠَﻪُ ﺍﻟْﻤُﺤْﺘَﺎﻝُ ﻓَﻠَﺎ ﺭُﺟُﻮْﻉَ ﺃَﻳْﻀًﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤُﺤِﻴْﻞِ
BAB DLAMAN
(Fasal) menjelaskan dlaman.
( ﻓَﺼْﻞٌ ) ﻓِﻲ ﺍﻟﻀَّﻤَﺎﻥِ
Lafadz “dlaman” adalah bentuk kalimat masdar dari kata-kata, “aku menanggung sesuatu ketika aku menanggungnya” .
ﻭَﻫُﻮَ ﻣَﺼْﺪَﺭُ ﺿَﻤَﻨْﺖُ ﺍﻟﺸَّﻴْﺊَ ﺿَﻤَﺎﻧًﺎ ﺇِﺫَﺍ ﻛَﻔَﻠْﺘُﻪُ
Dan secara syara’ adalah sanggup menanggung harta yang menjadi tanggungan orang lain.
ﻭَﺷَﺮْﻋًﺎ ﺍِﻟْﺘِﺰَﺍﻡُ ﻣَﺎ ﻓِﻲْ ﺫِﻣَّﺔِ ﺍﻟْﻐَﻴْﺮِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺎﻝِ
Syarat orang yang dlaman adalah memiliki sifat ahli untuk tasharruf.
ﻭَﺷَﺮْﻁُ ﺍﻟﻀَّﺎﻣِﻦِ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﻓِﻴْﻪ ﺃَﻫْﻠِﻴَﺔُ ﺍﻟﺘَّﺼَﺮُّﻑِ
Syarat Dlaman
Sah menanggung hutang yang telah menetap pada tanggungan seseorang ketika diketahui ukurannya/ kadarnya.
( ﻭَﻳَﺼِﺢُّ ﺿَﻤَﺎﻥُ ﺍﻟﺪُّﻳُﻮْﻥِ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﻘِﺮَﺓِ ﻓِﻲ ﺍﻟﺬِّﻣَّﺔِ ﺇِﺫَﺍ ﻋُﻠِﻢَ ﻗَﺪْﺭُﻫَﺎ )
Memberi qayyid “mustaqirah” menimbulkan kejanggalan akan sahnya dlaman mas kawin sebelum melakukan hubungan suami istri, padahal saat itu hutang tersebut belum menetap di dalam tanggungan.
ﻭَﺍﻟﺘَّﻘْﻴِﻴْﺪُ ﺑِﺎﻟْﻤُﺴْﺘَﻘِﺮَﺓِ ﻳُﺸْﻜَﻞُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺻِﺤَّﺔُ ﺿَﻤَﺎﻥِ ﺍﻟﺼَّﺪَﺍﻕِ ﻗَﺒْﻞَ ﺍﻟﺪُّﺧُﻮْﻝِ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﺣِﻴْﻨَﺌِﺬٍ ﻏَﻴْﺮُ ﻣُﺴْﺘَﻘِﺮٍّ ﻓِﻲْ ﺍﻟﺬِّﻣَّﺔِ
Oleh sebab itu, imam ar Rafi’i dan an Nawawi tidak mensyaratkan kecuali hutang tersebut sudah tetap dan lazim.
ﻭَﻟِﻬَﺬَﺍ ﻟَﻢْ ﻳَﻌْﺘَﺒِﺮِ ﺍﻟﺮَّﺍﻓِﻌِﻲُّ ﻭَﺍﻟﻨَّﻮَﻭِﻱُّ ﺇِﻟَّﺎ ﻛَﻮْﻥَ ﺍﻟﺪَّﻳْﻦِ ﺛَﺎﺑِﺘًﺎ ﻟَﺎﺯِﻣًﺎ
Dengan perkataan mushannif, “ketika ukurannya diketahui”, mengecualikan hutang-hutang yang belum diketahui ukurannya, maka tidak sah untuk didlaman sebagaimana keterangan yang akan datang.
ﻭَﺧَﺮَﺝَ ﺑِﻘَﻮْﻟِﻪِ ﺇِﺫَﺍ ﻋُﻠِﻢَ ﻗَﺪْﺭُﻫَﺎ ﺍﻟﺪُّﻳُﻮْﻥُ ﺍﻟْﻤَﺠْﻬُﻮْﻟَﺔُ ﻓَﻠَﺎ ﻳَﺼِﺢُّ ﺿَﻤَﺎﻧُﻬَﺎ ﻛَﻤَﺎ ﺳَﻴَﺄْﺗِﻲْ
Konsekwensi Dlaman
Bagi orang yang memiliki hak, maksudnya hutang tersebut, diperkenankan untuk menagih siapapun yang ia kehendaki baik dlamin (yang melakukan dlaman) dan madlmun ‘anh yaitu orang yang memiliki tanggungan hutang.
( ﻭَﻟِﺼَﺎﺣِﺐِ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ) ﺃَﻱِ ﺍﻟﺪَّﻳْﻦِ ( ﻣُﻄَﺎﻟَﺒَﺔُ ﻣَﻦْ ﺷَﺎﺀَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻀَّﺎﻣِﻦِ ﻭَﺍﻟْﻤَﻀْﻤُﻮْﻥِ ﻋَﻨْﻪُ ) ﻭَﻫُﻮَ ﻣَﻦْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺪَّﻳْﻦُ
Perkataan mushannif, “ketika dlaman dilakukan pada hutang yang telah aku jelaskan”, tidak
tercantum di dalam kebanyakan redaksi
matan.
ﻭَﻗَﻮْﻟُﻪُ ( ﺇِﺫَﺍ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻀَّﻤَﺎﻥُ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﺑَﻴَّﻨَّﺎ ) ﺳَﺎﻗِﻂٌ ﻓِﻲْ ﺃَﻛْﺜَﺮِ ﻧُﺴَﺦِ ﺍﻟْﻤَﺘْﻦِ
Ketika dlamin melunasi hutang yang ia tanggung, maka diperkenankan baginya untuk meminta ganti dari
madlmun ‘anh , dengan syarat yang disebutkan di dalam perkataan mushannif
-di bawah ini-,
( ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻏَﺮَﻡَ ﺍﻟﻀَّﺎﻣِﻦُ ﺭَﺟَﻊَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤَﻀْﻤُﻮْﻥِ ﻋَﻨْﻪُ ) ﺑِﺎﻟﺸَّﺮْﻁِ ﺍﻟْﻤَﺬْﻛُﻮْﺭِ ﻓِﻲْ ﻗَﻮْﻟِﻪِ
Ketika dlaman dan pelunasan, maksudnya masing-masing dari keduanya telah mendapat izinnya, maksudnya izin madlmun ‘anh .
( ﺇِﺫَﺍ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻀَّﻤَﺎﻥُ ﻭَﺍﻟْﻘَﻀَﺎﺀُ ) ﺃﻱْ ﻛُﻞٌّ ﻣِﻨْﻬُﻤَﺎ ( ﺑِﺈِﺫْﻧِﻪِ ) ﺃَﻱِ ﺍﻟْﻤَﻀْﻤُﻮْﻥِ ﻋَﻨْﻪُ
Kemudian mushannif menjelaskan mafhum perkataan beliau yang sudah lewat yaitu, “ketika ukuran hutang-hutangnya diketahui”, dengan perkataan beliau di
sini,
ﺛُﻢَّ ﺻَﺮَّﺡَ ﺑِﻤَﻔْﻬُﻮْﻡِ ﻗَﻮْﻟِﻪِ ﺳَﺎﺑِﻘًﺎ ﺇِﺫَﺍ ﻋُﻠِﻢَ ﻗَﺪْﺭُﻫَﺎ ﺑِﻘَﻮْﻟِﻪِ ﻫُﻨَّﺎ
Tidak sah mendlaman hutang yang tidak diketahui kadarnya, seperti ucapan seseorang, “juallah barang tersebut pada fulan, dan saya yang akan menanggung tsamannya.”
( ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺼِﺢُّ ﺿَﻤَﺎﻥُ ﺍﻟْﻤَﺠْﻬُﻮْﻝِ ) ﻛَﻘَﻮْﻟِﻪِ ﺑِﻊْ ﻓُﻠَﺎﻧًﺎ ﻛَﺬَﺍ ﻭَﻋَﻠَﻲَّ ﺿَﻤَﺎﻥُ ﺍﻟﺜَّﻤَﻦِ
Dan tidak sah mendlaman hutang yang belum tetap, seperti mendlaman uang seratus yang akan menjadi tanggungan zaid di masa mendatang.
( ﻭَﻟَﺎ ) ﺿَﻤَﺎﻥُ ( ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﺠِﺐْ ) ﻛَﻀَﻤَﺎﻥِ ﻣِﺎﺋَﺔٍ ﺗَﺠِﺐُ ﻋَﻠَﻰ ﺯَﻳْﺪٍ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﻘْﺒَﻞِ
Kecuali permasalahan “ dark al mabi’ ” maksudnya mendlaman dark al mabi’ .
( ﺇِﻟَّﺎ ﺩَﺭْﻙَ ﺍﻟْﻤَﺒِﻴْﻊِ ) ﺃَﻱْ ﺿَﻤَﺎﻥَ ﺩَﺭْﻙِ ﺍﻟْﻤَﺒِﻴْﻊِ
Dengan praktek seseorang sanggup menanggung tsaman
kepada si pembeli seandainya barang yang dijual ternyata milik orang.
ﺑِﺄَﻥْ ﻳَﻀْﻤَﻦَ ﻟِﻠْﻤُﺸْﺘَﺮِﻱْ ﺍﻟﺜَّﻤَﻦَ ﺇِﻥْ ﺧَﺮَﺝَ ﺍﻟْﻤَﺒِﻴْﻊُ ﻣُﺴْﺘَﺤَﻘًّﺎ
Atau seseorang
sanggup menanggung barang yang dijual kepada penjual
seandainya uang yang dibayarkan ternyata milik orang.
ﺃَﻭْ ﻳَﻀْﻤَﻦَ ﻟِﻠْﺒَﺎﺋِﻊِ ﺍﻟْﻤَﺒِﻴْﻊَ ﺇِﻥْ ﺧَﺮَﺝَ ﺍﻟﺜَّﻤَﻦُ ﻣُﺴْﺘَﺤَﻘًّﺎ
(Sumber : Kitab Fathul Qorib)
Amalan Di Jamin Selamat Dari Penyakit Gila Kusta Lepra Buta Lumpuh Stroke
Komentar
Posting Komentar